AKU, MEMORIKU & KAOS KAKI BLUES BAND

22 07 2014

Menapakkan kaki di Bumi Borneo, sejak tahun 2001 dan terpuruk ke jurang percobaan Tuhan yang terasa begitu dalam, dulu..(wiii, pake bahasa yang dramatis ah..), aku sempat berpikir, apakah langkahku untuk terus bermusik juga akan terkubur. Hidup dengan kondisi 360 O yang berbeda dIwan & Ari3ari sebelumnya, membuat aku hampir frustasi. Kerja enak di sebuah kantor majalah di Semarang, karir bandku Dreamlovers yang tinggal selangkah ke dapur rekaman, teman-teman yang berwawasan & asyik, dll,.menjadi seperti sebuah mimpi indah yang lenyap ketika terbangun dari tidur.

Cinta, persahabatan,..adalah persoalan chemistry. Bukan sekadar dekat, lalu jadi. Band pun demikian. Dulu berkali-kali ngeband dengan beberapa teman di beberapa kota di Jateng, atau DKI, ya biasa saja. Main manggung lalu good bye. Tapi baru benar-benar fall in love, dan bisa saling mengisi di Dreamlovers formasi tahun 2000. Mungkin benar, ‘jodoh’ itu tergantung pada siapa & kapan. Soalnya, gitaris & pemain bas Dreamlovers saat itu; Didiet & Bayu, pernah juga ngeband bareng di grup Butterfly (saat mereka masih SMA dan aku putus kuliah kerja di Radio CitraFM-Kendal/ Rasika FM-Ungaran) di mana kebetulan kami menyabet Juara Harapan II A-Mild Music Festival tahun….(Aah, ntar keliatan tuanya. Gak usah disebut deh!)

Bersama adik angkatku; Gunung (keyboard vocal III), Anita (vocal II), Billy (drum), Didiet (guitar) dan Bayu (bass), kami merasa sebagai sebuah keluarga yang saling mengasihi & mendukung. Sampai-sampai pacar Anita pun faham sekali, tiap kali ngantar ceweknya itu, dia selalu pamit pergi lantaran sadar kamilah ‘kekasih’ pertamanya..he he he. Manggung di kampus-kampus, lalu Kafe Kevi di Plasa Simpang Lima/ Matahari Department Store, merupakan pengalaman tak terlupakan bagi kami.

Dan hampir tujuh tahun berjuang dengan kehidupan yang mulai dari titik minus (di bawah nol), aku nyaris depresi karena tak ada kawan pengganti anak-anak Dreamlovers formasi tahun 2000. Otomatis, tak ada yang namanya nyanyi-nyanyi atau main musik. Paling banter didapuk berkaraoke waktu ada acara perpisahan di sekolah tempat aku pernah mengajar.

Pernah sekaliii aku berdiriii, dari Jakartaa ke Surabayaa..lho kok kayak lagu Kereta Malam-nya Bang Haji Rhoma Irama ya?..Maksudku, pernah sekali aku nyoba latihan, diajak teman-teman istriku yang saat itu kerja di sebuah kantor koperasi simpan pinjam..Eeehhh, alirannya alay!..Alaymaakk jadinya..Tapi okelah, gak apa-apa, pengalaman baru; diajak band alay..He he..Toh orangnya baik-baik, dan full sopan santun.

Sampai akhirnya, di tahun 2010, kenal sama ‘insan-insan’ penuh kegilaan di Ampah seperti Wahyu ‘Black’ Atong, Awat, dll dan kami main bersama dengan formasi Wahyu Atong (gitar), Dayat (gitar), Gedek & Awat (dram gantian), dan Kristian ‘Semes’ (bas). Kumpulan ‘anak tua’ yang punya energi pernah tersia-sia. Alirannya; rock & metal lah. Lagu-lagunya God Bless, Boomerang & Helloween.

Tiga kali tampil bersama Awat, Chandra (mengganti Dayat & Wahyu), & Semes, pada akhirnya kami harus vakum lantaran kesibukan para personelnya. Kristian alias Semes, diangkat jadi Bendahara rutin di Badan Kesatuan Bangsa & Perlindungan Masyarakat & Politik (Kesbanglinmaspol) Kab Barito Timur,  Awat agak keteteran dengan tugasnya sebagai Mantri Kesehatan Gigi dan beberapa hal lain, Wahyu –yang bergabung lagi– back to Yogya, Jaro yang sempat gabung ke latihan sebagai keyboardis menggantikan Ritho, sibuk juga sebagai Fasilitator Proyek PNPM Kec Raren Batuah.

Untung di tengah kefrustasian sesaat lantaran beberapa teman ‘ngilang’, komunikasi dengan Ari Buntoro, seorang petugas kepolisian yang pernah ditugaskan sebagai pengamanan di KPU Kab Bartim, terus terjalin. Kami kenal sejak aku direkrut jadi anggota PPK Kec Dusun Tengah sejak PemiluKada 2008. Tapi aku baru tahu bahwa sesungguhnya yang bernama R Ari Buntoro itu seorang pemain musik juga, ketika kami ketemu di satu festival di GPU Mantawara Tamiang Layang 2011. “Asyik juga stage actnya. ‘Ilmu’ gitarnya pun mumpuni..,” kataku dalam hati ngeliat aksi panggung kawanku itu.

2013. Beberapa kali sempat bercanda-canda nge-jam bareng, nggak terduga, suatu hari Ari nelpon aku, minta mengisi posisi vokal lantaran vokalis aslinya pindah tugas ke luar daerah. Saat kutahu alirannya hard rock dengan konsep lagu-lagu legenda, aku langsung OK. Kebetulan, sudah lama sekali aku kangen main lagu-lagu rock klasik. Hanya berselang dua hari dari latihan, kami maju ke satu festival tingkat Kalimantan Selatan & Kalimantan Tengah (Kalselteng) di Buntok, Kab Barito Selatan. O ya, di grup inilah aku ketemu Domy, bintara polisi juga kayak Ari, yang gila musik dan permainan basnya lumayan yahud. Juga dua kawan baru; Din & Edha.

Alhamdulillah, dengan latihan dadakan, Kaos Kaki Blues, band yang ngajak aku ini, menyabet gelar Juara Favorit. Dan seperti dipenuhi faktor luck, meski hanya satu-dua kali latihan, dengan jadwal dadakan; Kaos Kaki Blues hampir selalu menyabet gelar juara. Tapi yang bikin seneng, sebetulnya bukan itu. Kami sama-sama punya visi, ikut di festival bukan melulu tertuju pada soal merebut gelar juara. Tapi ‘meliarkan rasa & jiwa’ rock n’roll kami.

Memang teman-teman di grup baruku ini punya skill musikalitas yang oke. Tapi aku mencoba melihat dari sudut yang lain. Kalo bicara, nyambung. Soal solider & toleran, mereka patut diacungi jempol. Dan lain-lain. Aku inget anak-anak Dreamlovers. Kurang lebih sama seperti ini. So,buat aku, “Welcome, this is your new really life”..Sepertinya, ada beberapa yang ingin aku kontribusikan buat satu-satunya band yang setia dengan konsep rock klasik di Kab Barito Timur ini.

Kalo pun kadang aku diminta main dengan grup lain atau tampil ‘yogya’ alias sendirian. (Gak pake istilah ‘Solo’ ah..), ya nggak main konsep itu. Sekadar fun & menjalin tali silaturahmi dengan kawan lain aja. Buat aku, bermain bersama Kaos Kaki Blues adalah serasa mengembalikan spirit masa ABGku. Seperti menapakkan kaki pada jendela masa silam, di mana aku tumbuh besar saat lagu-lagu itu sedang jadi tren. Rasanya selalu romantis…And, I think this life is keep going on, with Kaos Kaki Blues…**